AKU DAN SANG BIDADARI
(Part : I/II/III/IV/V)
PART I
Teringatku pada suatu masa
kisahku mencuri selendang sang dewi
dengarlah!
beginilah ceritaku!
aku dan sang bidadari
Sepuluh tahun yang lalu
kudapati para dewi melayang di atas awan
suguhkan tari mainkan selendang sutera
lalu kubertanya kepada alam
siapakah mereka?
titah sang alam jawab tanyaku
adalah tujuh bidadari dari kahyangan
Semilir angin senja sejukkan hati
suara air mengalir tenteramkan jiwa
burung-burung terdiam tanpa kata
pohon-pohon pun berucap tasbih
hati terpana
jiwa terpikat
saksikan tujuh bidadari turun ke bumi
Hutan lebat berlomba jadi saksi
menguak telaga di tengah belantara
adapun semak belukar sekejap pergi
dan air keruh mendadak jernih seketika
tatkala sang dewi celupkan mata kaki
lalu muncullah pelangi payungi mereka
PART II
Saat mahkota dilepaskan dari raga
selendang sutera dicampakkan di tepi telaga
rambut terurai panjang melebihi batas paha
lekuk tubuh molek menuai sejuta rasa
hati terpana
jiwa terpikat
saksikan tujuh bidadari mandi di telaga
lalu kusandarkan raga pada sebongkah batu
sembunyikan diri dari mata para dewi
kulihat kilauan satu intan diantara tujuh putri
lalu bertanyaku kepada alam
siapakah mereka?
titah sang alam jawab tanyaku
adalah si bungsu dari tujuh bersaudara
bisikan angin terngiang di telingaku
ambillah selendang putri bungsu!
detak jantung seakan menyuruhku
ambillah selendang putri bungsu!
lama berpikir sempat membisu
akhirnya kucurilah selendang si bungsu
muncullah semangat dalam jiwaku
yakin saja bahwa dialah pilihanku
PART III
matahari hendak ke peraduan
para bidadari mengambil salinan
hanya si bungsu terlihat bimbang
di mana diletakkannya selendang?
lama mencari masa tak terburu
terbanglah enam dewi kembali ke kahyangan
tinggallah seorang diri si putri bungsu
meratap pilu dalam kesendirian
lalu datanglah aku menghibur dewi
merangkul serta kubawa pulang
muncullah banggaku di dalam hati
tak percuma kumencuri selendang
PART IV
masa pun berganti
cintaku melekat di hati sang putri
lalu bagaimana dengan selendang ini?
aku tak mungkin melepaskannya pergi
pada suatu malam yang sepi
bintang pura-pura tidur
bulan bersembunyi di balik awan
binatang malam takut pada gelap
kugenggam jemari sang dewi
kubisikkan kalimah cinta penuh arti
sang dewi pun bersandar di bahuku
lalu tanyakan sesuatu
bagaimana jika dapat selendangmu?
sang dewi tersenyum malu-malu
wajahnya yang manis mulai tersipu
sikapnya tenang tanpa rasa kaku
lalu dijawabnya pertanyaanku
bagaimana jika kau hidup tanpa aku?
inilah selendangmu wahai putri bungsu
maafkan aku mencuri kepunyaanmu
dan tak mampu kujawab apa tanyamu
sesungguhnya aku tak sanggup tanpamu
lalu berkalam si putri bungsu
singkirkan selendang itu dariku
tak ingin aku berjodoh dengannya lagi
sesungguhnya aku ingin bersamamu kini
PART V
menanti satu purnama lagi
sepuluh tahun datang menghampiri
kamu masih di sini
dua raga satu hati
mungkin bunga tak mekar lagi di kuncup
telah meredup seiring berjalan waktu
dan rasa itu masih tetap hidup
masih bersemayam di sanubariku
tak ada lagi ada gelar bidadari
tak ada lagi ada selendang sutera
tak ada lagi sebutan sang dewi
tak ada lagi aura permata
lihatlah sang pelangi!
adakah kesombongan dalam dirinya
cukup tunjukkan tiga warna
sedangkan empat warna lain disembunyikannya
terima kasih untuk cintaku
tetap kamu bidadari meski tak lagi berselendang
terima kasih untuk sayangku
tetap aku milikmu sampai nyawa melayang
wahai perempuanku bermahkotakan cinta
dengarlah syairku ini!
sebuah kisah mengenang suatu masa
kisah aku dan sang bidadari
***
Special to my wifes "Bunda Agusriani"
I MISS YOU...
Nisam, 14 Mei 2018
Comments